Wanita Berpiknik di Depan BGN Minta MBG Dihentikan
Aksi Ibu-Ibu di Depan Kantor BGN Tuntut Penghentian Sementara Program MBG
Puluhan perempuan yang tergabung dalam Aksi Suara Ibu Indonesia melakukan aksi protes di depan kantor Badan Gizi Nasional (BGN) di Jakarta Pusat. Mereka datang dengan membawa berbagai alat dan bahan makanan, seperti daun pisang, rantang makanan, cobek, serta aneka kue basah. Tujuan dari aksi ini adalah untuk menuntut penghentian sementara program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Aspirasi dan Permintaan Ibu-Ibu
Perwakilan dari Aksi Suara Ibu Indonesia, Annette Mau, menyampaikan bahwa aksi ini dilakukan karena adanya kasus keracunan massal yang menimpa ribuan anak sekolah akibat program MBG. Menurutnya, program tersebut justru menyebabkan krisis kesehatan, krisis akuntabilitas, dan krisis moral dalam tata kelola negara.
Annette mengutip data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), yang menunjukkan lebih dari 10.482 anak menjadi korban keracunan di berbagai daerah. Ia menyarankan agar pemerintah memastikan setiap porsi MBG mengandung makanan dengan menu lengkap berbasis sains dan kebutuhan anak sesuai pedoman gizi seimbang “isi piringku”.
Konsep Piknik Tanpa Orasi
Ika Ardina, perwakilan lain dari Aksi Suara Ibu Indonesia, menjelaskan bahwa aksi ini merupakan bentuk protes terhadap pelaksanaan MBG. Mereka ingin menunjukkan bahwa keluarga harus dilibatkan dalam proses pengadaan makanan bergizi untuk anak-anak. Ika menilai bahwa program MBG gagal karena menggunakan sistem komando tanpa melibatkan orang tua dan lingkungan.
Menurut Ika, pemerintah seharusnya melibatkan keluarga dalam implementasi MBG, termasuk menerima masukan untuk menentukan menu MBG. Ia juga menyarankan agar program MBG melibatkan unsur sekolah, seperti pedagang kantin, dan mengurangi peran militer dalam distribusi MBG kecuali di daerah tertinggal dan terpencil.
Anggaran MBG yang Mengganggu Sektor Pendidikan
Annette juga menyoroti bahwa anggaran MBG pada 2025 senilai Rp71 triliun berasal dari sektor pendidikan. Ia menilai dana tersebut bisa digunakan untuk membenahi infrastruktur sekolah 3T (tertinggal, terluar, dan terpencil), serta membangun kantin sehat berbasis komunitas yang dikelola oleh sekolah, guru, dan orang tua.
Selain itu, Annette menyebutkan bahwa banyak anak yang alergi atau memiliki kondisi medis tertentu tidak dapat mengonsumsi makanan yang disediakan oleh BGN. Mereka justru dipaksa ikut tanpa opsi pengganti.
Tuntutan Penghentian Total Program MBG
Annette mengungkapkan bahwa mereka sempat diterima untuk beraudiensi dengan humas BGN. Dalam momen itu, ia bersama tiga koleganya menuntut agar MBG dihentikan total dan bersifat sementara. Pemerintah diminta melakukan pengkajian ulang program unggulan tersebut.
Dalam pengkajian ulang tersebut, Annette memohon agar SPPG yang sudah terbukti berulang kali mengalami kasus keracunan atau kegagalan memenuhi standar higienis dan gizi berimbang dilarang mengelola MBG. SPPG tersebut harus dilarang beroperasi sampai ada audit menyeluruh dan perbaikan. Selain itu, kompensasi harus diberikan kepada para korban yang mengalami keracunan.
Annette juga menyinggung bahwa anggaran MBG justru mencaplok dana dari sektor lain yang melumpuhkan aspek kehidupan perempuan, seperti pendidikan, kesehatan, hingga edukasi kesetaraan gender. Aksi Suara Ibu juga meminta adanya transparansi dalam penunjukkan SPPG, karena mereka mengetahui bahwa penunjukkan SPPG tidak melalui proses tender terbuka, tetapi ditunjuk secara sepihak hanya oleh orang-orang dengan modal besar.
Respons dari BGN
Meski aksi ini dilakukan, pihak BGN hanya memberikan respons normatif. Sebab, mereka bukan pemegang kewenangan di BGN. Namun, aksi ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya kualitas dan keamanan makanan yang diberikan kepada anak-anak.



Post Comment