Mengapa Pesut Mahakam Hanya Tinggal 60 Ekor di Alam?

Perkembangan Populasi Pesut Mahakam yang Mengkhawatirkan

Pesut Mahakam, atau dikenal juga dengan nama ilmiah Orcaella brevirostris, merupakan salah satu spesies lumba-lumba air tawar yang sangat langka dan terancam punah. Saat ini, populasi pesut Mahakam hanya tersisa sekitar 60-an ekor di alam liar, terutama di Sungai Mahakam di Kalimantan. Keadaan ini menjadi peringatan serius mengenai ancaman terhadap keberlangsungan hidup spesies ini.

Ciri Fisik dan Perilaku Pesut Mahakam

Pesut Mahakam memiliki ciri fisik yang unik dibandingkan dengan spesies lumba-lumba air tawar lainnya. Mereka tidak memiliki moncong paruh, memiliki leher yang fleksibel, serta dahi yang melebar. Selain itu, mereka memiliki sirip dada yang panjang dan lebar, serta sirip punggung yang relatif kecil. Warna tubuh mereka biasanya abu-abu kebiruan, dengan panjang rata-rata antara 2 hingga 2,7 meter dan berat sekitar 90 hingga 150 kg. Pesut Mahakam hidup dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 hingga 6 individu, tetapi bisa mencapai belasan ekor dalam beberapa kasus.

Mereka menggunakan ekolokasi untuk berkomunikasi dan mencari makanan. Sebagai karnivor, pesut Mahakam mengonsumsi ikan, sefalopoda, dan krustasea yang ada di sungai. Kecepatan rata-rata saat berenang adalah 5 km per jam, namun mereka dapat melaju hingga 20 km per jam jika diperlukan.

Ancaman yang Mengancam Kehidupan Pesut Mahakam

Populasi pesut Mahakam mengalami penurunan drastis akibat berbagai faktor. Salah satu ancaman utama adalah jaring nelayan, atau yang dikenal sebagai rengge. Berdasarkan data dari Yayasan Konservasi RASI, sekitar 70 persen kematian pesut Mahakam antara tahun 1995 hingga 2021 disebabkan oleh terjerat di dalam jaring nelayan. Selain itu, ancaman lain seperti terdampar di daerah dangkal, tertabrak kapal, tersengat setrum ikan, dan terpapar limbah industri juga turut memperparah kondisi mereka.

Perburuan besar-besaran pada masa lalu juga berkontribusi pada penurunan populasi. Meski secara langsung perburuan terhadap pesut Mahakam sudah jarang terjadi, penggunaan alat-alat nelayan yang merusak lingkungan tetap menjadi ancaman bagi kehidupan mereka.

Upaya Konservasi yang Dilakukan

Pemerintah dan berbagai yayasan konservasi telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian pesut Mahakam. Salah satu langkah penting adalah pembentukan kawasan konservasi di wilayah Hulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Kawasan ini mencakup area seluas 42.667,99 hektare dan bertujuan untuk melindungi habitat pesut Mahakam serta keanekaragaman hayati di sekitarnya.

Selain itu, pemerintah juga memberikan imbauan kepada nelayan setempat untuk tidak menggunakan jaring rengge atau alat setrum ikan yang dapat membahayakan pesut Mahakam. Program edukasi dan kesadaran lingkungan juga dilakukan oleh yayasan seperti Yayasan Konservasi RASI, yang menargetkan berbagai lapisan masyarakat di Kalimantan.

Tantangan dan Masa Depan Pesut Mahakam

Meskipun upaya konservasi telah dilakukan, kondisi populasi pesut Mahakam masih terus menurun. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan belum cukup efektif. Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, baik yang tinggal di dekat Sungai Mahakam maupun yang jauh dari wilayah persebaran pesut Mahakam.

Bagi masyarakat di Kalimantan, aksi langsung seperti menjaga kebersihan Sungai Mahakam dan mengedukasi masyarakat setempat tentang pentingnya perlindungan pesut Mahakam sangat penting. Sementara itu, bagi yang tinggal jauh dari wilayah tersebut, menyebarkan informasi atau memberikan donasi untuk program konservasi juga bisa menjadi kontribusi nyata.

Kesimpulan

Pesut Mahakam adalah salah satu spesies yang sangat langka dan terancam punah. Dengan populasi yang hanya tersisa sekitar 60-an ekor, keberlanjutan hidup mereka sangat bergantung pada upaya konservasi yang lebih gencar dan partisipasi aktif dari masyarakat. Melalui kolaborasi antara pemerintah, yayasan konservasi, dan masyarakat, harapan untuk menjaga keberlangsungan pesut Mahakam dapat tercapai.

Post Comment