Prabowo: Imitasi Ancam Penurunan Pengangguran

Presiden Prabowo Mengungkap Tantangan Pengangguran di Era Disrupsi Teknologi

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa meskipun tingkat pengangguran terbuka (TPT) telah turun menjadi 4,76% per Februari 2025 dan menjadi yang terendah sejak tahun 1998, masalah disrupsi teknologi tetap menjadi tantangan besar bagi pemerintah. Ia menilai bahwa perkembangan teknologi seperti robotik dan kecerdasan buatan (AI) memberikan tantangan baru dalam upaya menekan angka pengangguran.

Dalam pidatonya pada Pidato Sidang Kabinet Paripurna, Senin (20/10/2025), Prabowo menyebutkan bahwa disrupsi teknologi telah mengubah cara produksi dan industri. Hal ini memerlukan perhitungan yang lebih matang untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Angka 4,76% tersebut, meskipun menunjukkan penurunan, tetap menjadi angka yang signifikan jika dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 280 juta orang. Bagi para angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan, tugas pemerintah adalah menyediakan lapangan kerja yang cukup banyak.

Prabowo tidak menyangkal bahwa TPT ini sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen untuk bekerja keras agar bisa memberikan peluang kerja yang layak.

Dampak AI dan Robotik terhadap Pasar Kerja

Penggunaan AI dan robotik membuat proses kerja menjadi lebih cepat dan efisien. Namun, hal ini juga berpotensi mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja di beberapa bidang tertentu. Contohnya, di negara maju seperti Jerman, pabrik mobil yang biasanya menggunakan hingga 6.000 pekerja kini hanya tersisa 30 orang karena sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh robot.

“Kecerdasan buatan ini membuat faktor penelitian menjadi lebih cepat dan luar biasa. Ini mungkin tidak membutuhkan terlalu banyak pekerja di bidang tertentu,” ujar Prabowo.

Ia menambahkan bahwa kemunculan robotik juga harus menjadi perhatian serius. Perubahan ini akan membawa dampak luas terhadap struktur pasar kerja dan memerlukan adaptasi yang cepat dari tenaga kerja.

Data Terbaru tentang Angkatan Kerja

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025 mencapai 153,05 juta orang, naik 3,67 juta orang dibanding Februari 2024. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat sebesar 0,80 persen poin dibanding Februari 2024.

Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2025 mencapai 145,77 juta orang, naik 3,59 juta orang dari Februari 2024. Sementara itu, TPT Februari 2025 sebesar 4,76%, turun 0,06% poin dibanding Februari 2024. Secara jumlah, TPT meningkat 0,08 juta orang dari Februari 2024 yang sebanyak 7,20 juta orang.

Langkah Strategis Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja

Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) secara resmi membuka Penyelenggaraan Pemagangan Nasional Lulusan Perguruan Tinggi Batch I Tahun 2025. Program ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat kompetensi, meningkatkan keterampilan, dan mendorong daya saing tenaga kerja muda Indonesia.

Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menjelaskan bahwa pada Batch I terdapat 20.000 peserta magang, dengan 15.000 peserta yang telah ditetapkan dan 5.000 peserta tambahan akan diumumkan pada Rabu, 22 Oktober 2025.

Para peserta magang akan mendapatkan uang saku setara upah minimum Kabupaten/Kota. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan bimbingan langsung dari mentor di perusahaan.

Yassierli juga menyampaikan bahwa sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, Kementerian Ketenagakerjaan terus memperluas akses kerja melalui platform SIAPKerja. Platform ini menyediakan berbagai informasi dan layanan ketenagakerjaan yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mencari pekerjaan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Post Comment